Friday, February 20, 2009

Strategi Pelatih Sepak Bola Jurden Klopp

No comments :
Strategi Pelatih Sepak Bola Jurden Klopp untuk Klub Jerman Borussia Dortmund dalam Attacking third Sepak Bola. Saat Napoleon Bonaparte memimpin sekitar 650.000 pasukan Prancis dan sekutunya untuk melakukan invasi ke Rusia pada akhir tahun 1812, yang ada di dalam kepalanya hanyalah kemenangan, untuk kemudian memaksa Kaisar Alexander I, pemimpin Rusia pada saat itu,  tetap mengikuti sistem kontinental yang diterapkannya dan menggagalkan invansi yang akan dilakukan Rusia ke Polandia.

Karena ambisinya, Napoleon tidak sempat memikirkan banyaknya bekal yang harus dibawa, apa saja yang akan mereka jumpai selama perjalanan, dan alam seperti apa yang akan mereka hadapi saat sampai di Rusia. Tidak ada antisipasi sedikitpun terhadap masalah-masalah yang seharusnya dianggap penting dalam sebuah perjalan yang begitu jauh.

Saat itulah kelaparan menyerang mereka, nyamuk ganas datang menyebarkan penyakit, dan dingin pelan-pelan membunuh mereka.

Mengetahui keadaan tersebut, Machail Kutuzovsky, jendral perang Rusia, memiliki ide cemerlang untuk mengalahkan pasukan Napoleon. Kutuzovsky terus menarik mundur pasukannya. Kota-kota di pinggiran Rusia mereka hancurkan sendiri. Mereka  memaksa pasukan Napoleon terus berjalan dan melawan hawa dingin yang mengerikan.

Pada akhirnya Moskwa menjadi saksi bisu kemenangan Rusia. Alam membantu Rusia membunuh sekitar 380.000 pasukan Napoleon, 100.000 pasukan berhasil ditawan, dan sisanya pulang dengan rasa malu bersama sang Jendral, Napoleon Bonarpate.

Seperti Napoleon, Arsene Wenger datang ke Signal Iduna Park, markas Borussia Dortmund, untuk menang. Wenger ingin menang dengan cara mereka biasanya. Tidak ada cara khusus yang akan mereka gunakan untuk mengalahkan Dortmund. Kepercayaan diri Wenger juga membuatnya tak perlu repot-repot memikirkan cara apa yang akan digunakan Dortmund untuk memberikan perlawanan.

Tidak seperti Arsene Wenger yang penuh percaya diri, Jurgen Klopp tahu bahwa untuk mengalahkan Arsenal, dia harus menjadi bagian dari Arsenal: mempelajari cara mereka bermain dan mencari kelemahan yang mereka miliki. Setelah mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimiliki Arsenal, secerdik Jendral Machail Kutuzovsky, Klopp kemudian menyiapkan berbagai macam perangkap untuk mengalahkan pasukan “meriam London”.

Setelah baku hantam dan baku tembak selama 90 menit di Signal Iduna Park, Klopp dan pasukannya berhasil memenangkan pertandingan. Dortmund menang 2-0. Salah seorang pendukung Dortmund mengangkat tinggi poster Mesut Oezil dengan tulisan “Sorry Nemo!!” Oezil berjalan lesu keluar lapangan. Pun demikian dengan Arsene Wenger, sang Napoleon.

“Kami mengalami malam yang buruk, selamat buat Dortmund karena mereka memang tampil lebih baik. Tapi penampilan kita pada malam hari ini memang begitu buruk,” kata Wenger setelah pertandingan.

Lalu bagaimana cara kerja perangkap Klopp pada pertandingan tersebut?

Formasi 4-4-2



Secara mengejutkan, Dortmund bermain dengan formasi 4-4-2, sebuah formasi yang sedikit asing bagi mereka. Ciro Immobile dan Pierre-Emerick Aubameyang menjadi tumpuan di lini depan. Sven Bender, Sebastian Kehl, Kevin Grosskreutz, dan Henrikh Mkhitaryan berdiri sejajar di lini tengah. Sementara Subotic, Sokratis, Schmelzer, dan Durm membuat garis tinggi di lini pertahanan.

Tujuan utama Klopp menggunakan formasi ini adalah untuk mempersempit ruang di daerah pertahanan mereka. Dortmund ingin memimalisir kemampuan Oezil dan Ramsey dalam memanfaatkan ruang. Selain itu, dengan jarak antar lini yang lebih rapat, Dortmund tentu lebih mudah dalam melakukan pressing terhadap pemain-pemain Arsenal.

Setelah pertandingan dimulai, seperti “pressing machine” pemain-pemain Dortmund terus menekan pemain Arsenal. Pemain-pemain Dortmund terus berlari mengejar bola – secara kolektif jarak tempuh pemain-pemain Dortmund 11 km di atas pemain-pemain Arsenal. Akibatnya pemain-pemain Arsenal sering kehilangan bola dan salah dalam melakukan umpan. Meskipun berhasil unggul dalam penguasaan bola, pressing yang dilakukan Dortmund membuat Arsenal lebih sibuk memainkan bola di daerahnya sendiri.

Dari 373 umpan sukses yang dilakukan Arsenal pada pertandingan tersebut. Hanya 69 umpan yang terjadi di area attacking third. Sedangkan dari 294 umpan sukses yang dilakukan pemain-pemain Dortmund pada pertandingan tersebut, 96 di antaranya mengarah ke attacking third, lebih banyak dari yang dilakukan pemain-pemain Arsenal.

Seperti memberikan suntikan rabies terhadap anjing liar, keberhasilan pasukan Jurgen Klopp meminimalisir pergerakan Arsenal di wilayah attacking third berhasil membuat Arsenal miskin peluang pada pertandingan tersebut. Arsenal hanya berhasil melakukan lima kali tembakan ke arah gawang, dan hanya satu yang mengarah tepat sasaran.

Perlu diketahui, Dortmund melakukan 22 tembakan ke arah gawang pada pertandingan tersebut, 7 di antaranya tepat sasaran.

Selanjutnya, Arsenal yang sudah terlihat jinak tentu mudah untuk dijebak bukan?

Kecepatan Immobile dan Aubameyang

Meragukan kemampuan Mikel Arteta dalam melakukan distribusi bola adalah sebuah kesalahan. Tetapi meragukan kemampuan Arteta sebagai seorang holding midfielder bisa dibenarkan.

Bukan sebuah rahasia umum jika tugas utama seorang holding midfieder bukan hanya untuk mendistribusikan bola. Seorang holding midfielder juga harus mampu menjadi pelindung utama lini belakang dari teror yang dilakukan lawan. Peran holding midfielder dalam bertahan itulah yang membuat Arteta memang layak untuk diragukan. Pada pertandingan tersebut Arteta hanya berhasil melakukan dua kali intercept dan dua kali tekel. Jika melihat banyaknya peluang yang berhasil diciptakan pemain-pemain Dortmund, apa yang dilakukan Arteta tersebut tentu saja sangat mengecewakan.

Mengetahui bahwa duet Immobile dan Aubameyang begitu cepat, dan mengetahui bahwa Arteta tidak begitu mahir dalam melindungi pertahanan,  lini belakang Arsenal tidak mempunyai pilihan selain bertahan lebih dalam. Mereka terpaksa menciptakan ruang kosong di depan daerah pertahanan mereka. Meskipun cara tersebut berhasil membantu Arsenal mengurangi tingkat bahaya dari gempuran yang dilakukan pemain-pemain Dortmund, ruang kosong itulah yang sebenarnya diincar Dortmund untuk memaksimalkan kecepatan yang dimiliki Aubameyang dan Immobile. Bagi para pemain yang mengandalkan kecepatan, ruang kosong menyerupai harta karun bagi seorang bajak laut.

Dortmund adalah salah satu tim terbaik dalam melakukan transisi dari bertahan ke menyerang. Pada pertandingan tersebut, Aubameyang dan Immobile menjadi pusat dari transisi tersebut. Saat peluang untuk melakukan serangan datang. Keduanya akan berlari atau menggiring bola secepat mungkin ke arah gawang Arsenal. Kedua gol yang dicetak Dortmund pada pertandingan tersebut tercipta melalui proses yang nyaris serupa: serangan balik, ruang kosong, dan berlari secepat mungkin untuk mengubah keadaan.

Dari proses gol kedua Dortmund yang dicetak oleh Aubameyang, Anda dapat melihat Mikel Arteta hanya berlari-lari kecil saat Aubameyang berlari dengan kecepatan penuhnya. 

No comments :

Post a Comment